Minggu, 06 November 2011

Jepret

Kak Tika: “Bangun Kirei, sudah jam setengah enam ini. . . Sholat Iednya jam 6.15, nanti terlambat loh!” Kirei (gue) melongo ke handphone ........masih ceramah pagi di MQ Radio, berarti masih pagi*melanjutkan tiduran*

Daddy :”Ayo, cepat antar saya, orang-orang sudah lalu lalang berangkat, nanti tidak kebagian tempat.”

Daddy memang selalu siap terlalu awal dalam setiap acara.

Kirei (beranjak ke ruang tamu) :”Kan lapangan luas, masak tidak kebagian tempat.”

Daddy :”Ayo berangkat sekarang, nanti disana terus ikut takbiran, repot banget anakku ini.”

Kirei :”Dad, takbiran aja di sini sambil nunggu.”

Daddy :”Allahu Akbar, Allahu Akbar . . .”

(beberapa menit kemudian)

Daddy :”Ayo, dari tadi kok tidak selesai-selesai, nanti tidak kebagian tempat parkir.”

Kirei :”(memangnya mau parkir apaan). . . Kak Tika, cepetan itu na ditunggu Daddy.”

Kak Tika :”Iya, ini udah selesai, kamu siapin dulu kendaraannya.”

Saya pun bergegas menyiapkan motor yang akan dipakai Daddy dan Kak Tika.

Kak Tika: “Sudah siap ayo berangkat, Kirei kamu mandi gih, Sholatnya jam 6.15 terlambat kamu tar.”

Kirei :”Kamar mandi masih dipakai.”(masih santai-santai)

Kak Tika:”Sudah selesai itu.”

Daddy dan Kak Tika pun berangkat duluan.

Kak Lis :”Kirei, kalau kamu tidak cepat, aku tinggal!”

Mendengar itu saya pun siap-siap juga (ditinggal gimana, Kirei kan bisa bawa motor sendiri)

Selesai siap-siap, tinggal pakai jilbab.

Kak Lis:”Tidak usah pake kerudung yang susah.”

Kirei:”Ini mudah.”

Kak Lis :”ya udah cepet.”

Kami pun siap berangkat. Kak Lis menutup pintu dan jendela rumah.

Baru saja akan berangkat . . .

Kirei:”Cameranya ketinggalan, saya ambil dulu sebentar ya?”

Kak Lis:”Sudah tidak usah bawa-bawa kamera, nanti saja pas Qurban foto-fotonya.”

Kami pun berangkat. Kami akan mengikuti Sholat Ied di lapangan kelurahan yang diikuti seluruh jamaah masjid sekelurahan. Jarak rumah kami dan lapangan sekitar 1 km.

Di jalan kampung terlihat sudah sepi.

Kak Lis:”Sudah berangkat semua ini, terlambat kita.”

Kirei:”Makanya ayo ngebut.”

Sesampainya di lapangan, ternyata benar, Imam sudah selesai membaca Al Fatiha rakaat pertama.

Saya dan Kak Lis pun segera menggelar karpet, kemudian sajadah.

Kirei:”Sudah tidak usah pakai mukena saja” saya pun hanya memakai mukena atasan.

Selesai mengikuti sholat kemudian mendengarkan ceramah.

Bapak Sriyadi (Khatib):”Selamat kepada yang berqurban tahun ini dan kami doakan semoga pahalanya diterima Allah SWT, rejekinya ditambah dan tahun depan bisa berqurban lagi juga tahun-tahun yang akan datang. Demikian juga bagi yang belum bisa berqurban tahun ini, semoga diberi limpahan rejeki sehingga tahun depan bisa berqurban. Karena ibadah qurban adalah ibadah sosial yang bermanfaat bagi orang-orang yang mungkin jarang mendapatkan protein hewani. Dan juga untuk saudara kita yang berangkat Haji tahun ini semoga menjadi Haji yang mabrur, dan bisa kembali ke tanah air dengan selamat. Dan semoga kita yang belum bisa mendaftar Haji, termasuk saya, semoga bisa mendaftar Haji.” (kira-kira sih seperti ini ceramahnya)

Tapi gara-gara terlambat, mukena baruku, cuma kepakai yang atas doank -___-

Jadi ingat ceramahnya Aa Gym, untuk menyambut Hari Raya Idul Adha seharusnya dipersiapkan semuanya. Dari pakaian yang bersih, rumah yang bersih... dan sebagainya. Saya sudah menyiapkan perlengkapan ibadah jauh-jauh sebelumnya, tetapi sayang di hari H-nya malah terlalu santai. Dan Sholat Idul Adha lebih awal mulainya dibanding Sholat Idul Fitri. Banyak orang-orang yang belum tahu akan hal ini, meskipun di Masjid sudah diumumkan setelah sholat Subuh. Tetapi kenyataannya tadi saya lihat masih banyak orang-orang yang datang terlambat bahkan sampai Sholat usai pun masih ada yang baru datang. Ini terbukti ada yang tidak mendengar pengumuman, seperti saya hiks.

Setelah Sholat Ied kami pulang dan sarapan. Agenda selanjutnya adalah sibuk di dapur.

Sementara saya sibuk di dapur, di Masjid dekat rumah sudah ramai banyak orang, dari orang tua sampai orang muda bahkan anak-anak dan balita. Mereka akan melaksanakan kegiatan penyembelihan hewan Qurban. Tentu saja anak-anak hanya melihat saja. Tak mau ketinggalan proses penyembelihan hewan Qurban, saya segera mempercepat aktifitasku di dapur. Ternyata banyak yang harus saya kerjakan sehingga makan waktu yang lama, fiuhh. . .

Baiklah sekarang sudah selesai, siap-siap dandan rapi. Niat saya adalah untuk menyaksikan penyembelihan hewan Qurban. Sebelumnya, saya melihat dulu dari jendela (rumah saya di sekitar Masjid, jadi kegiatan di Masjid terlihat dari jendela rumah). Mereka nampak sudah selesai menyembelih kambing dan juga sudah membagikannya. Wah,, saya tertinggal jauh. Terlihat juga dari kejauhan sapi sudah disembelih dan dikuliti. Tinggal satu sapi yang belum, nah itu dia target saya.

Saya menunggu sampai sapi yang warna hitam itu selesai dikerjakan. Kemudian, saat tiba sapi yng kedua akan disiapkan untuk disembelih, saya bergegas keluar rumah dan berjalan menuju tempat itu. Cukup jauh juga, rasanya tidak sampai-sampai (maklum saya satu-satunya wanita termuda dan tercantik yang berjalan di keramaian laki-laki di sekitar tempat itu, eheheh. . .) Ok, buang rasa tidak percaya diri. Ingat target adalah menyaksikan penyembelihan sapi Qurban. Lalu saya mendekat di kerumunan. Pertama disapa oleh Bapak-bapak panitia. Saya pun beramah tamah dengan mereka. Kemudian saya merogoh camera di saku, lalu jeprat jepret. Sapi itu model saya hari ini, meskipun dia terlihat belum mandi weks.

*Jepret*

Oya, Bapak panitia sempat bertanya pada saya, “Sapi yang sudah disembelih tadi tidak Mbak Kirei ambil fotonya?” “Oh, tadi sudah difoto sama Thom Dotkom” jawabku asal. (itu kan sapi keluarga Thom Dotkom, dia pasti udah ambil fotonya). Saya melanjutkan pemotretan. Salah satu panitia bilang ke saya, “Fotonya pas disembelih donk, Mbak.” “Iya, Pak, nanti juga difoto.” Bapak ini, bilang aja pengen difoto sama saya xixixi. . . Iya deh saya foto,,

*jepret*

Eh, ada yang imut putih,,, siapa dia,,, haa...senyam senyum lagi,,, kayaknya penjual kulit sapi kali yah,,, jepret tidak ya, tidak usah ah tar ge er dia hahay...

Sapi aj ah,

*jepret*

Sapi pun di arahkan untuk siap disembelih. Saya mulai mencari angle yang bagus dan masih terus mengklik-klik camera. Tiba-tiba Bapak panitia berkata, “tunggu-tunggu didoain dulu sebelum disembelih.” Nah ini dia, saya di sini perlu menyaksikan penyembelihan hewan Qurban juga mengamini doanya. Beliau kemudian mulai membaca do’a, menyebutkan Qurban itu atas nama siapa-siapa. Mendengar itu saya terheran-heran, kok dari nama-nama yang disebutkan tidak ada nama yang saya kenal :-s . . . Padahal saya sedang mencari nama seseorang yang saya tau, tetapi tidak ada. Menyadari itu saya bertanya pada salah satu panitia, “Pak, sapi yang..... itu sudah disembelih ya.”

“Iya Mbak, sapi yang hitam itu yang punya ‘Shhh’ sudah disembelih tadi.”

*Gubrakkk* “A a apa?” Jadi sapi yang seharusnya saya saksikan penyembelihannya adalah yang hitam tadi. Tanpa panjang lebar saya langsung kabur dari tempat itu. Ternyata saya salah foto sapi orang kwkwkwk =))

Sekian.

1 komentar:

U may blabz me whateva 4 any reason...thanks